BACKER.BIZ.ID – Selasa, 23 April 2019, Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Mahyeldi Ansharullah, membuka secara resmi program pelatihan pembuatan pupuk berbasis batubara pertama di dunia di Saputra Academy. Salah satu tujuan pelatihan ini adalah untuk mengatasi masalah kelangkaan pupuk dan memastikan kualitas tanah tetap baik.
“Alhamdulillah, Sumbar saat ini dipercaya sebagai tempat penyelenggaraan pelatihan pembuatan pupuk berbasis batubara ini oleh Saputra Academy. Tentu saja ini kabar baik bagi kita semua, terutama sekali bagi para petani yang kerap menghadapi masalah kelangkaan pupuk,” ucap Gubernur dalam sambutannya saat acara pembukaan di Hotel Pangeran Beach Padang.
Program pelatihan ini, kata Gubernur, sangat sejalan dengan konsentrasi Pemprov Sumbar terhadap sektor pertanian, yang tercermin dari alokasi APBD Sumbar ke sektor tersebut yang mencapai angka 10 persen. Sumbar juga menyatakan kesiapan sebagai tempat pelaksanaan pelatihan serupa untuk masa-masa yang akan datang.
“Terlebih dalam pelatihan yang akan berlangsung selama tiga bulan ini, diikuti oleh rekan-rekan kita dari negara Nigeria. Sehingga, program ini tentu juga mendatangkan devisa bagi kita. Untuk itu kita ucapkan terima kasih kepada Saputra Academy selaku penyelenggara dan produsesn pupuk futusan berbasis batubara ini,”ucap Gubernu lagi.
Sementara itu, Duta Besar (Dubes) RI untuk Nigeria, Usra Hendra Harahap mengatakan, Nigeria adalah negara dengan lahan pertanian yang cukup luas. Secara umum, diperkirakan kebutuhan pupuk di Nigeria mencapai 1,8 juta ton per tahun untuk 3 juta hektare total luas lahan pertanian.
“Selama ini Nigeria bergantung pada pupuk kimia (NPK) dan urea, namun tentu hal itu menyebabkan penurunan kualitas nutrisi tanah di sana. Sementara itu, penggunaan pupuk batubara tidak mengurangi kandungan nutrisi tanah. Oleh karena itu, Nigeria berminat mengikuti pelatihan ini,” kata Usra.
Salah satu keunggulan produk pupuk batubara yang diproduksi oleh Saputra, sambungnya, adalah kemampuan mengembalikan 26 nutrisi ke dalam tanah. Sehingga, produk pertanian yang dihasilkan memiliki kualitas baik dengan waktu panen yang relatif lebih cepat.
“Terlebih, seperti yang kita tahu, Nigeria itu daerah critical mineral, sehingga kaya akan sumber daya alam, termasuk batubara. Namun karena keterbatasan teknologi, makanya mereka datang ke Indonesia untuk belajar cara pengolahan pupuk berbasis batubara,” ucapnya lagi.
Sebelumnya, utusan Zimbabwe sudah pernah ke Indonesia untuk membeli teknologi mesin pupuk batubara dan mengikuti pelatihan tersebut. Kemudian nantinya, beberapa negara di Benuat Afrika lainnya juga akan menyusul Nigeria untuk belajar pembuatan pupuk berbasis batubara tersebut. “Kami sudah mempromosikan keunggulan pupuk batubara ini ke 14 negara di Afrika,” ulasnya.
Sementara itu, Raden Umar Hasan Saputra dari The Investor of Coal Fertilizer (Investor Pupuk Batubara) dalam kesempatan itu menyebutkan, pelatihan ini bertujuan untuk melakukan transfer teknologi.
“Kita menjual pupuk batubara ini hanya sementara. Sebab kita ingin secepatnya kondisi tanah di dunia ini segera membaik. Salah satunya dengan menggunakan pupuk dari batubara. Tentunya dengan membangun pabrik pupuk batubara di setiap negara, dibutuhkan teknologi, oleh karena itu butuh pelatihan dalam pembuatan pabrik tersebut,” katanya.
Selanjutnya, Saputra menjelaskan perbedaan pupuk futura dengan pupuk biasa antara lain, memiliki kandungan unsur hara sangat lengkap, termasuk asam humat 20,33 persen, sehingga hasil panen sangat lengkap nutrisinya.
Kemudian, pupuk futura memiliki asam humat yang sangat tinggi untuk memperbaiki kesuburan dan struktur tanah, meningkatkan efisiensi dan efektivitas serapan pupuk, sehingga meningkatkan produksi.
“Selain itu, pupuk futura dapat menyempurnakan kualitas hasil panen dan lebih tahan terhadap hama dan penyakit, serta menghemat biaya pemupukan karena harga lebih terjangkau, dan sangat cocok untuk semua jenis tanaman. Bahkan hasil panen lebih baik untuk kesehatan,” ucapnya lagi. (*)