BACKER.BIZ.ID – Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Mahyeldi Ansharullah, mengatakan bahwa pemerintah Provinsi Sumbar dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) telah bersiap untuk mengurangi kenaikan harga sembako setelah banjir bandang yang melanda tiga wilayah di Sumbar pada hari Sabtu (11/5) lalu.
Salah satunya adalah memasok kebutuhan makanan strategis dari luar daerah dalam kasus di mana ada sinyal kenaikan harga. Itu penting, katanya, karena Tanah Datar, Agam, dan Padang Panjang adalah sentra hortikultura.
“Jika diperlukan, kita berencana untuk mendatangkan produk hortikultura dari Jambi dan Jawa Tengah,” ungkap Gubernur Mahyeldi di Padang, Kamis 16 Mei 2024.
Menurutnya itu akan bisa membantu. Mengingat, beberapa ruas jalan dari dan menuju sentra produksi pertanian di Sumbar rusak akibat diterjang banjir bandang.
Kepala Dinas Pangan Sumbar, Syaiful Bahri membenarkan, ia mengaku sudah melakukan mitigasi ketersediaan pasokan 3 komoditas strategis.
Masing-masing beras, cabai merah, dan bawang merah. Jika terjadi kenaikan harga beras, BULOG diminta melakukan operasi pasar.
“Kita sudah komunikasi dengan BULOG. Stok beras mereka sangat mencukupi ada 21 ribu ton di gudang,” ungkapnya.
Sementara untuk cabai merah, telah dilakukan kerjasama dengan perantau Minang yang berkecimpung dalam asosiasi petani dan pengusaha cabai merah Indonesia.
Mereka membantu mendatangkan cabai merah dari Magelang, Jawa Tengah dan Sleman, Yogyakarta. Kemudian juga ada kerjasama antar pedagang dari Berastagi, Sumatera Utara.
“Sampai saat ini harga cabai merah di pasaran masih stabil. Kalau ada peningkatan harga, kita tinggal telpon yang dari Jawa Tengah, mereka sudah komitmen dengan kita,” ujarnya.
Kemudian untuk komoditas bawang merah tidak perlu dikhawatirkan. Sebab wilayah sentra di Kabupaten Solok masih masa panen. Sementara terhadap komoditas sayur-mayur, Dinas Pangan mengimbau petani di wilayah yang tidak mengalami gangguan, seperti di Solok, untuk lebih mengutamakan menjual produknya ke pasar lokal daripada memenuhi permintaan luar daerah.
“Jangan semua dijual ke luar daerah. Misalnya kalau produksinya 100 ton, jual ke pasar lokal 50 dan ke luar daerah 50. Bantu juga daerah dalam kondisi saat ini,” ucapnya. (*)